Minggu, 22 April 2012
Tahu Sumedang, Kriuk di luar Lembut di dalam
Do you like this story?
Jika  anda berkunjung ke Sumedang, tentu anda akan melihat deretan kios dan  toko yang menjual tahu sumedang. Si kotak kuning lezat ini sudah sejak  lama menggoda setiap pengunjung kota kecil yang berjarak sekitar 50 km  sebelah timur Kota Bandung ini untuk singgah, melahap dan menenteng  keranjangnya. Sangat boleh jadi, jika mendengar nama Sumedang, yang pertama muncul  di benak orang adalah ”tahu” dibanding dengan nama sebuah kabupaten di Jawa Barat.  Kenyatannya memang demikian, di luar Jawa Barat, tahu sumedang lebih dikenal dari pada kota Sumedang itu sendiri. 
Bila  anda belum pernah menikmati makan tahu panas-panas yang dicocolkan ke  sambal tomat, silahkan singgah di Sumedang. Makanan seharga 500 rupiah  per buah itu pasti membuat anda lupa, berapa banyak yang telah anda  makan. Maka beberapa restoran tahu biasanya melayani konsumennya dengan  cara sajian masakan padang, kita tidak usah repot-repot mengingat berapa  buah yang telah mengalir ke dalam kerongkongan, tetapi mereka sendiri  yang akan menghitung berapa banyak yang tersisa.
Rasa  tahu sumedang juga sangat unik. Orang bisa saja meniru bentuk, tetapi  tidak dengan rasa. Penulis yang lahir dan dewasa di kawasan tersebut  sangat hapal dengan rasa makanan yang terbuat dari saripati kedelai  tersebut. Suatu ketika, Penulis pernah singgah di restoran Tahu Sumedang  di Martapura, Kalimantan Selatan untuk sekedar mencicipi rasanya.  Memang tidak jauh dari sangkaan jika akan berbeda dengan di Sumedang.  Demikian juga di Bogor, meskipun terdapat puluhan pabrik tahu sumedang,  rasanya tidak ada satupun yang persis dengan tahu yang berasal dari  bekas Kerajaan Sumedang Larang tersebut.
Pak  Oyo, pengusaha tahu kuning asal Sumedang di Ujung Berung Bandung pernah  mengatakan kepada saya bahwa ia sebenarnya ingin membuat tahu Sumedang  di Bandung, tetapi rasanya tidak pernah bisa sama sehingga ia tidak  memaksakan diri untuk memproduksinya. Padahal konsumen tahu Sumedang di  Bandung mungkin tidak akan pernah habis. 
Berdasarkan  penelusuran sederhana oleh penulis, konon yang membuat perbedaan rasa  tahu sumedang dengan tahu putih lain terletak pada air. Pasokan air Kota  Sumedang sendiri berasal dari Cimalaka, tepatnya kampung Cikandung yang  berjarak beberapa kilometer di sebelah barat Kota Cimalaka. 
Jika  lebaran tiba, arus mudik memacetkan jalan, makanan kecil inipun  memacetkan lalulintas. Posisi Kota Sumedang yang berada antara  Cirebon  Bandung ini pasti akan dilintasi oleh setiap kendaraan yang akan melalui  jalur ini. Baunya yang membuat perut keroncongan dapat menghentikan  hampir seluruh kendaraan yang lewat. Jika kendaraan satu kendaraan  membutuhkan setengah menit untuk keluar-masuk tempat makan tahu itu,  maka tidak aneh jika setiap lebaran macetnya sampai belasan kilometer  sampai melewati Cadas Pangeran.
Yah,  meskipun penulis sudah sejak kecil merasakan kenikmatan tahu tersebut,  namun setiap saat tahu itu mengundang kerinduan tersendiri. Setiap kami  sekeluarga mudik, sayalah yang paling antusias menyerbu Tahu Palasari  tersebut dibanding dengan istri dan anak-anak yang tidak lahir dan  dibesarkan di sana.sumber : kompasiana.com

This post was written by: RoniQueenet
Roni is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 



0 Responses to “Tahu Sumedang, Kriuk di luar Lembut di dalam”
Posting Komentar