Selasa, 08 Mei 2012
KECEMASAN BERKOMPUTER (COMPUTER ANXIETY) DAN KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA AKUNTANSI
Do you like this story?
ABSTRACT
The purpose of this research was examining the personality type and other factors such as gender and GPA that may contribute to computer anxiety among accounting students. The following questions guided this investigation: Does a relationship exist between computer anxiety and accounting student’s personality type? Does a relationship exist between accounting students’ gender, GPA and their computer anxiety?
Data for this study consisted of surveying accounting students of Economics and Business Faculty of Gadjah Mada University. One hundred and thirty-nine (139) surveys were distributed. One hundred and thirty-nine (139) instruments were returned, representing a response rate of one hundred (100%) percent; fourteen participants returned incomplete instruments which could not be used in this study.
Conclusions of this study are: computer anxiety does exist among accounting students; there is significant relationship for those students who were classified as sensing-intuitive and thinking-feeling and computerphobia; accounting students’ gender and GPA don’t influence their  computer anxiety.
Keywords: computer anxiety, personality type, Myers-Briggs Type Indicator
LATAR BELAKANG
Dalam dekade terakhir, sistem informasi berbasis komputer mengalami perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Tingkat pertumbuhan komputer dalam perusahaan terus bertambah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan peran teknologi komputer yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam dunia bisnis. Memiliki keunggulan dalam bidang teknologi khususnya komputer dapat menjadi nilai tambah bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan di dunia usaha yang sedemikian ketatnya. Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada pola kerja sistem informasi akuntansi.
Menyadari pentingnya penguasaan teknologi komputer dalam dunia bisnis, para pengajar akuntansi menekankan pentingnya penggunaan komputer dan software di sebagian besar mata kuliah akuntansi untuk membekali para mahasiswa sehingga dapat meningkatkan nilai jual mereka di masa depan. Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan penggunaan komputer ke dalam kurikulum pengajaran akuntansi. Keberhasilan program pendidikan akuntansi yang telah terintegrasi dengan komputer ini sangat dipengaruhi oleh sikap mahasiswa terhadap komputer.
Namun ketika teknologi komputer telah menjadi elemen yang melengkapi dan tidak terpisahkan dari proses pendidikan akuntansi, masih ada mahasiswa yang bereaksi negatif mulai dari tanggapan yang pasif hingga penolakan yang sangat keras terhadap  penggunaan  komputer.  Mereka  yang  bereaksi  negatif  tersebut  percaya bahwa kelak di dunia kerja mereka dapat menemukan pekerjaan yang tidak dipengaruhi oleh teknologi komputer.
Dalam menghadapi perkembangan baru teknologi informasi, seseorang dapat menyikapi kehadiran komputer secara berbeda dan tak jarang disikapi dengan penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003) yang sering disebut dengan "computerphobia". Adanya perubahan baru terkadang menimbulkan   tekanan   (stress).   Tekanan   yang   timbul   dapat   berupa   anxiety (kecemasan) namun ada pula yang menghadapinya sebagai tantangan. Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam (Cherrington, 1994 dalam Wibowo dan Hardiningsih, 2003).
Rosen dan Weil (1990), Maurer (1994), Emmons (2003), dan banyak peneliti lainnya telah menemukan adanya fenomena kecemasan berkomputer (computer anxiety). Kecemasan berkomputer dapat diartikan sebagai penolakan terhadap perubahan. Penolakan dapat berupa gejala atau sesuatu yang lain seperti  ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui, ketakutan akan kegagalan, atau ketidakinginan untuk mengubah keadaan sekarang. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer memiliki dampak negatif terhadap penggunaan komputer (Mahar et al., 1997). Karena kecemasan berkomputer memiliki dampak sejauh itu, maka diperlukan pengetahuan empiris yang valid mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabel-variabel ini. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Landry et al., (1996) menguji pengaruh tipe kepribadian dengan sikap mahasiswa akuntansi terhadap komputer. Sikap terhadap komputer dalam penelitian ini diukur menggunakan Computer Attitude Scale (CAS) yang dikembangkan oleh Loyd dan Gressard (1984) dan instrumen baru Computer Usage Business Scale (CUBS) yang dikembangkan oleh peneliti. Instrumen CAS yang telah banyak digunakan dalam penelitian   yang   berkaitan   dengan   sikap   terhadap   komputer   ini   memasukkan kecemasan berkomputer sebagai salah satu subskala pengukurannya. Sedangkan variabel tipe kepribadian yang dimaksud dalam penelitian tersebut adalah tipe kepribadian sesuai dengan teori psikologi menurut Jung (1921). Hasil dari penelitian ini  menunjukkan  bahwa  ditemukannya  interaksi  yang  signifikan  antara  dimensi sensing-intuitive dan thinking-feeling dengan computerphobia.
Dalam  penelitian  Landry  et  al.  (1996)  menyatakan  bahwa  bagaimana seseorang merasakan, mengevaluasi atau menilai situasi telah diuji dalam literatur psikologi oleh Carl Gustav Jung (1921). Pemikiran Jung membahas mengenai persepsi, judgment dan sikap yang digunakan oleh setiap tipe yang berbeda dari individu. Persepsi adalah kemampuan psikologis individu untuk sadar pada hal-hal, orang-orang dan ide-ide. Judgment melibatkan berbagai cara untuk menyimpulkan apa yang telah dipersepsikan individu tersebut. Kalau orang berbeda satu sama lain ketika mempersepsikan sesuatu juga ketika melakukan judgment, maka perbedaan ini akan mempengaruhi minat, keterampilan, nilai-nilai serta reaksi mereka (termasuk reaksi terhadap komputer).
Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Jung dipopulerkan oleh Katherine C. Briggs dan Isabel Briggs Myers. Ibu dan anak ini mengembangkan teori kepribadian Jung kemudian membuat alat ukur kepribadian yang dinamakan Myers Briggs  Type  Indicator  (MBTI).  MBTI  digunakan  untuk  mengidentifikasi,  dari laporan diri seseorang, untuk mengenali reaksinya dengan mudah juga menjadi preferensi dasar dari individu tentang persepsi dan judgment-nya. Pengujian teori tipe kepribadian Jung sebagaimana yang terdapat dalam MBTI dalam konteks situasi yang berhubungan dengan komputer dapat memberikan pengetahuan tambahan dalam masalah ini.
Berdasarkan kondisi di atas serta hasil penelitian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menguji hubungan tipe kepribadian dengan kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian, jenis kelamin, dan IPK dengan kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi.
Karena teknologi komputer telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum akuntansi, maka penolakan terhadapnya dapat mengganggu proses pembelajaran. Penelitian ini berusaha memahami apakah fenomena ini berhubungan dengan tipe kepribadian, jenis kelamin dan IPK para mahasiswa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mengatasi masalah ini sehingga pertumbuhan teknologi komputer kelak tidak lagi dibayang-bayangi oleh sikap penolakan para mahasiswa akuntansi yang nantinya akan terjun di dunia bisnis yang sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi berbasis komputer.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Kecemasan Berkomputer (Computer Anxiety)
Penelitian yang berkaitan dengan computerphobia dapat diklasifikasikan sebagai pengujian kecemasan berkomputer dan computer attitude (sikap terhadap komputer). Sikap terhadap komputer, oleh Rifa dan Gudono (1999) diartikan sebagai reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau ketidaksenangan terhadap komputer. Dalam hal ini terdapat sekelompok orang yang senang  (optimis)  dengan  perkembangan  dunia  komputer  sedangkan  di  sisi  lain
sekelompok orang merasa tidak senang (pesimis) dengan perkembangan tersebut. Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penggunaan komputer biasanya menguji  sikap  terhadap  komputer  dalam  upaya  untuk  mempelajari  bagaimana manusia pada umumnya akan bereaksi terhadap teknologi komputer.
Seiring   dengan   berlanjutnya   penelitian   sikap   terhadap   komputer   yang berkaitan dengan penggunaan komputer, konsep computerphobia (yang kini juga sering disebut technophobia atau cyberphobia) muncul sebagai bayangan yang terus menyertai peningkatan keberadaan komputer dalam semua segmen masyarakat. Computerphobia didefinisikan sebagai penolakan terhadap teknologi komputer termasuk ketakutan dan kegelisahan (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003). Penolakan ini termasuk tidak menggunakan, tidak membicarakan dan tidak memikirkan tentang komputer. Kecemasan berkomputer dapat didefinisikan pula sebagai kegelisahan penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan komputer terhadap masyarakat (Raub, 1981 dalam Emmons, 2003). Munculnya fenomena   ini   membuat   para   peneliti   mulai   menguji   mengenai   kecemasan berkomputer.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kecemasan berkomputer adalah Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan oleh Larry D. Rosen dan Michelle Weil. CARS terdiri dari 20 pernyataan dan tiap pernyataan dihitung menggunakan skala lima poin tentang seberapa cemas yang dirasakan seseorang ”pada saat ini”. Skalanya mulai dari "1 tidak cemas" hingga "5 sangat  cemas  sekali".  Pengujian  validitas  awal  CARS  menunjukkan  koefisien
Cronbach alpha sebesar 0,93 yang menunjukkan bahwa instrumen ini cukup valid dalam mengukur kecemasan berkomputer seseorang.
Teori Tipe Kepribadian Jung
Teori kepribadian mendata dan mengartikan karakteristik seseorang setepat dan sesederhana mungkin. Berbeda dengan teori kepribadian psikoanalitis lain, psikologi Jung tidak menekankan peran alam bawah sadar dan fokus pada aspek kesadaran dari kepribadian, pembuatan keputusan, dan dampak kepribadian terhadap pemahaman.  Karena  orientasi  ini,  teori  Jung  terus  memberikan  pengaruh  yang penting dalam ilmu psikologi (Geyer, 1998 dalam Wheeler, 2001).
Teori Jung menekankan kepribadian individual secara keseluruhan (tipe), bukan karakteristik yang terpisah (sifat). Menurut teori, tipe terdiri dari bermacam sifat yang berinteraksi membentuk kepribadian. Karena dampak interaksi ini, sifat pada satu tipe akan memiliki dampak yang berbeda pada kepribadian tipe lain yang memiliki sifat yang sama.
Teori  Jung  mendalilkan  delapan  sifat  kepribadian  utama  yang  terdiri  dari empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis), yakni : (1) Extravert (E) vs. Introvert (I), (2) Sensing (S) vs. Intuitive (N), (3) Thinking (T) vs. Feeling (F), dan (4)  Judging (J) vs. Perceiving (P). Kedelapan sifat ini muncul dalam setiap individu dengan derajat yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki kecenderungan pembawaan terhadap satu dari dua sifat dalam tiap dikotomi. Empat sifat utama (preferen) berinteraksi membentuk tipe kepribadian. Namun, empat sifat lainnya tetap ada dalam kepribadian, dan individu dapat menggunakannya dengan cukup baik.
Myers-Briggs Type Indicator
Myers-Briggs  Type  Indicator  (MBTI)  adalah  instrumen  berupa  kuesioner yang terdiri dari item-item yang disusun dengan format forced-choice di mana untuk setiap  item  pertanyaan,  subyek  menjawab  dengan  memilih  salah  satu  dari  dua jawaban yang tersedia. MBTI telah mengalami banyak modifikasi sejak pertama diterbitkan tahun 1962. MBTI dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya yang bernama Isabel Briggs Myers (dari merekalah kemudian nama MBTI berasal) pada era Perang Dunia II untuk membantu para pencari kerja menemukan tipe pekerjaan yang paling cocok untuk mereka, misalnya apakah mereka cocok menjadi pilot, manajer, dokter, atau pekerjaan lainnya.
Dalam tes MBTI, subyek akan diberikan sejumlah pertanyaan yang akan mengarahkan mereka pada sisi mana mereka berada untuk keempat dimensi itu. Tujuan MBTI adalah untuk mengklasifikasikan individu ke dalam satu dari 16 tipe kepribadian yang merupakan interaksi empat arah dari sifat preferen. 16 indikator tipe kepribadian beserta karakteristiknya diringkas pada Tabel 1.
Penelitian di Indonesia
Penelitian yang menguji hubungan antara kecemasan berkomputer dengan tipe kepribadian menurut teori Jung (1921) belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia. Penelitian yang berkaitan dengan kecemasan berkomputer terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh Sumiyana (2007) mengenai analisis komparasi antara model concern for information privacy dan model internet users’ information privacy concern dimana mahasiswa jurusan akuntansi juga dijadikan sampel. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer mempengaruhi perhatian terhadap masalah penyajian informasi privasi personal dan bahwa kecemasan berkomputer tidak memediasi hubungan perhatian privasi informasi dengan intensi keperilakuan.
Tipe kepribadian dan jenis kelamin juga pernah diuji pengaruhnya terhadap penggunaan internet dalam penelitian yang dilakukan oleh Itryah (2004). Dalam penelitian tersebut, tipe kepribadian hanya digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu individu  extravert  dan  introvert.  Hasil  penelitian  tersebut  menunjukkan  bahwa terdapat  signifikansi  pengaruh  tipe  kepribadian  terhadap  intensitas  penggunaan internet di mana individu intovert memiliki intensitas penggunaan internet yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu extravert. Dalam penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin dengan intensitas penggunaan internet.
Pengembangan Hipotesis
Penelitian ini menguji beberapa hipotesis. Hipotesis pertama menguji hubungan antara tipe kepribadian dan kecemasan mahasiswa terhadap penggunaan teknologi komputer. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Landry et al. (1996) menunjukkan bahwa ditemukannya hubungan yang signifikan pada preferen sensing- intuitive dan thinking-feeling dengan computerphobia, sehingga hipotesis pertama diajukan sebagai berikut:
H1:  Tingkat  kecemasan  berkomputer  pada  mahasiswa  akuntansi  akan  bervariasi menurut tipe kepribadian mereka.
Hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini menguji hubungan tingkat kecemasan  berkomputer  dengan  jenis  kelamin.  Wilder  et  al.  (1985)  menemukan bahwa  pria  memiliki  reaksi  yang  lebih  positif  terhadap  komputer  dibandingkan dengan wanita, dan Hawkins (1985) menyatakan bahwa penggunaan komputer juga nampak lebih populer di kalangan pria. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis berikut diuji dalam penelitian ini:
H2   :  Tingkat  kecemasan  berkomputer  pada  mahasiswa  akuntansi  akan  bervariasi menurut jenis kelamin mereka.
Ukuran kesuksesan mahasiswa dalam lingkungan akademik ialah IPK. Penelitian sebelumnya oleh Nourayi dan Cherry (1993) menguji tipe kepribadian dan kinerja akuntansi menggunakan beberapa variabel, termasuk IPK. Sehingga, kinerja yang  sukses  dalam  teknologi  komputer  (tidak  menjadi  computerphobic)  dapat menjadi fungsi dari IPK.
Satu penjelasan yang mungkin mengenai sikap terhadap komputer pada mahasiswa adalah semakin cerdas, seperti yang diukur dengan IPK, maka mahasiswa akan semakin memiliki rasa ingin tahu, sehingga cenderung mencoba hal-hal baru dan menjadi lebih ingin menggunakan komputer sebagai wujud kemajuan teknologi yang menantang perkembangan intelektual mereka. Untuk itu, hipotesis berikut diuji dalam penelitian ini:
H3  : Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut IPK mereka.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa akuntansi yang masih menjalani masa studi (bukan alumni) di FEB UGM Yogyakarta. Pengambilan sampel (sampling) dari populasi yang ada dilakukan secara convenience sampling, dengan menggunakan tingkat kesalahan 5%, dari daftar pengambilan sampel yang dianggap representatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Data dikumpulkan dengan cara melakukan penyebaran kuesioner secara langsung ke responden yang menjadi sampel penelitian.
Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel
1.   Kecemasan Berkomputer
Kecemasan   berkomputer   dalam   penelitian   ini   adalah   ketakutan   atau kecemasan akan dampak teknologi komputer pada saat ini atau di masa depan yang dapat  mengakibatkan  konsekuensi  fisiologis.  Tingkat  kecemasan  berkomputer  ini akan diukur menggunakan instrumen CARS. CARS terdiri dari 20 item pernyataan dan diberi skor 1 hingga 5 di mana 1 menunjukkan jawaban "tidak cemas" dan 5 menunjukkan jawaban "sangat cemas sekali". CARS menghasilkan jumlah skor kecemasan berkomputer dan dirancang untuk membedakan individu yang technophobic atau cemas akan komputer dengan mereka yang tidak technophobic atau tidak cemas akan komputer (Rosen dan Weil, 1995). Skor 20-41 akan menunjukkan tidak technophobia, skor 42-49 menunjukkan technophobia tingkat rendah, dan skor 50-100 menunjukkan technophobia tingkat sedang/tinggi.
2.   Tipe Kepribadian
Tipe kepribadian yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian yang sesuai dengan teori Jung (1921) yang diukur menggunakan MBTI sehingga  nantinya  responden  akan  digolongkan  ke  dalam  satu  dari  16  tipe kepribadian yang merupakan kombinasi dari kedelapan sifat yang terbagi ke dalam empat dimensi dikotomi. Skala yang digunakan untuk mengukur variabel tipe kepribadian ini adalah skala nominal.
3.   Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin diukur dengan menggunakan skala nominal, dibedakan atas  kelompok  pria  atau  wanita.  Data  diperoleh  dari  jawaban  kuesioner  atas pertanyaan jenis kelamin responden.
4.   Indeks Prestasi Kumulatif
IPK dalam penelitian ini dibagi ke dalam empat kategori, yaitu <2,75; 2,76 –
3,00; 3,01 – 3,50; 3,51 – 4,00. Subyek dalam penelitian ini diminta untuk menunjukkan pada interval mana IPK mereka termasuk. Pengukuran variabel IPK menggunakan skala nominal.
Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama, mahasiswa melengkapi MBTI. Mahasiswa kemudian diklasifikasikan sesuai dengan tipe kepribadian mereka. Bagian kedua dari instrumen berisi CARS yang akan menentukan tingkat kecemasan berkomputer yang ditunjukkan para responden. Selain
MBTI  dan  CARS,  terdapat  survei  demografis  untuk  mengumpulkan  informasi mengenai jenis kelamin dan IPK dari setiap responden.
Instrumen MBTI yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe kepribadian individu mengacu pada Myers dan McCaulley (1985) sedangkan instrumen CARS yang digunakan untuk mengkur variabel penggunaan komputer mengacu pada Rosen dan Weil (1995).
Metoda Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Untuk mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, menggunakan pengujian koefisien korelasi Pearson   dan koefisien Cronbach Alpha. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pertama menggunakan uji T sampel independen (independent  sample  T  test)  kerena  ingin  membandingkan  rata-rata  dari  dua kelompok  yang  independen  satu  dengan  yang  lain,  sedangkan  untuk  menguji hipotesis kedua dan ketiga menggunakan pengujian kai kuadrat (chi-square) kerena ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel berskala nominal. Pengujian statistik dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS versi
15.0 for Windows. ANALISIS DATA Pengumpulan Data
Kuesioner disebarkan secara langsung kepada mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai responden. Jumlah kuesioner yang disebarkan dan tingkat pengembalian dapat dilihat pada Tabel 2.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Hasil pengujian validitas item-item pertanyaan dalam instrumen CARS dan MBTI  seperti  yang  ditunjukkan  dalam  Tabel  3  dan  Tabel  4  menunjukkan  nilai korelasi antara skor tiap item dengan skor keseluruhan   lebih besar dari 0,3 untuk semua item-nya. Karena instrumen memiliki nilai korelasi yang lebih besar dari 0,3 maka  dapat  dikatakan  bahwa  semua  item  pertanyaan  dalam  instrumen  yang digunakan adalah valid (Masrun dalam Alim et al., 2007).
Sedangkan untuk pengujian reliabilitas instrumen menggunakan koefisien Cronbach  Alpha  dimana  suatu  instrumen  dikatakan  reliabel  apabila  memiliki koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari 0,6 (Sekaran, 2003). Koefisien Cronbach Alpha untuk instrumen CARS dan MBTI dirangkum dalam Tabel 5. Pengujian reliabilitas instrumen CARS  menunjukkan koefisien sebesar 0,795 dan pengujian instrumen MBTI menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,714 untuk skala Extravert  -  Introvert,  0,629  untuk  skala  Sensing  -  Intuitive,  0,740  untuk  skala Thinking - Feeling dan 0,712 untuk skala Judging - Perceiving, sehingga dapat dikatakan instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang reliabel.
Profil Responden
Tabel 6 menyajikan distribusi frekuensi responden. Secara umum berdasarkan jenis kelamin, responden penelitian ini terdiri dari 44 pria (35,2%) dan 81 wanita (64,8%). Berdasarkan IPK, terdapat 6 responden yang memiliki IPK kurang dari 2,75 (4,8%), 17 responden dengan IPK 2,76 - 3,00 (13,6%), 62 responden dengan IPK
3,01 - 3,50 (49,6%), dan 40 responden dengan IPK 3,51 - 4,00 (32%).
Pada skala preferensi MBTI, diantara 16 tipe kepribadian, tipe ESJ mendominasi dengan persentase 44% (ESTJ = 22,4% dan ESFJ = 21,6%) sedangkan tipe kepribadian yang lain memiliki persentase kurang dari 10%. Apabila dilihat dari empat  dimensi  preferen  MBTI,  preferen  E  (76%),  S  (77,6%),  T  (62,4%)  dan  J (72,8%) memiliki persentase yang lebih besar dibanding preferen I (24%), N (22,4%), F (37,6%), dan P (27,2%).
Dilihat dari tingkat kecemasan berkomputer yang diukur dengan instrumen CARS, responden memiliki tingkat kecemasan yang berbeda-beda. Distribusi frekuensi kecemasan berkomputer menunjukkan angka 52,8% responden yang tidak technophobia,   40%   menunjukkan   technophobia   rendah   dan   sebanyak   7,2% responden menunjukkan technophobia tinggi.
Pengujian Hipotesis
Hipotesis 1: Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut tipe kepribadian mereka.
Untuk menilai hubungan antara kecemasan berkomputer dan tipe kepribadian menurut MBTI, dilakukan pengujian menggunakan uji T sampel independen pada skor CARS dengan empat dimensi preferen dikotomi sebagai faktor: EI, SN, TF, dan JP. Hasil pengujian ini disajikan pada Tabel 7.
Terdapat interaksi yang signifikan pada dimensi preferen SN (p = 0,009) dan TF (p = 0,024) sedangkan pada dimensi preferen EI (p = 0,295) dan JP (p = 0,738) tidak ditemukan  interaksi yang signifikan. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa mahasiswa dengan preferen S dan T pada dimensi SN dan TF menunjukkan mean skor yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan preferen N dan F. Mahasiswa dengan preferen S dan T memiliki rata-rata skor CARS yang lebih rendah yang menunjukkan tingkat kesediaan yang lebih tinggi untuk bekerja dalam lingkungan yang terkomputerisasi atau tidak lebih computerphobic dibandingkan dengan mahasiswa dengan preferen N dan F. Dengan demikian, Hipotesis 1 diterima dan hasil penelitian mendukung pernyataan bahwa tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi bervariasi menurut tipe kepribadian mereka.
Hipotesis 2: Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut jenis kelamin mereka.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilder et al. (1985) dan
Hawkins (1985) mengindikasikan kemungkinan bahwa reaksi terhadap penggunaan
komputer lebih positif di kalangan pria dibandingkan wanita. Perbedaan ini diujikan pada mahasiswa akuntansi. Pengujian kai kuadrat untuk menguji independensi pengklasifikasian tingkat kecemasan berkomputer dengan jenis kelamin mahasiswa akuntansi dilakukan untuk melihat apakah tingkat kecemasan berkomputer akan bervariasi berdasarkan jenis kelamin.
Hasil pengujian pada Tabel 8 menunjukkan nilai χ2 = 0,452 tidak signifikan (p
= 0,798) sehingga Hipotesis 2 ditolak dan pernyataan bahwa tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut jenis kelamin tidak dapat didukung.
Hal ini dapat terjadi karena pergeseran pandangan pria dan wanita mengenai sifat komputer dan penggunaan komputer. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wilder et al. (1985) dan Hawkins (1985) menunjukkan bahwa penggunaan komputer ditanggapi lebih positif oleh pria dibandingkan wanita karena pria dan wanita memandang komputer dan tugas yang berhubungan dengan komputer bersifat maskulin atau merupakan hal yang pantas dikerjakan oleh kaum pria. Namun saat ini, tugas yang berhubungan dengan komputer tidak lagi dianggap sebagai tugas yang hanya  pantas  dikerjakan  oleh  pria.  Wanita  yang  bekerja  menggunakan  komputer bukan  merupakan  pemandangan  yang  asing  lagi.  Hal  ini  mengakibatkan  tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan berkomputer yang signifikan antara pria dan wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Landry et al. (1996) juga memiliki hasil serupa  di  mana  tidak  terdapat  perbedaan  penggunaan  komputer  antara  pria  dan wanita.
Hipotesis 3: Tingkat kecemasan berkomputer pada mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut IPK mereka.
Berdasarkan data yang didapat dari jawaban kuesioner para mahasiswa, IPK
dikelompokkan menjadi empat kategori (< 2,75; 2,76 - 3,00; 3,01 - 3,50; dan 3,51 -
4,00). Klasifikasi ini kemudian ditabulasi-silangkan dengan klasifikasi tingkat kecemasan berkomputer dan kai kuadrat dihitung untuk mengetahui apakah tingkat kecemasan  berkomputer  bervariasi  berdasarkan  IPK  mahasiswa.  Hasil  pengujian yang tampak pada Tabel 9 ini tidak signifikan (χ2  = 3,664; p = 0,722), sehingga Hipotesis 3 ditolak dan pernyataan bahwa tingkat kecemasan berkomputer mahasiswa akuntansi akan bervariasi menurut IPK mereka tidak dapat didukung.
Hal ini dapat terjadi karena nilai akademik yang baik tidak menunjukkan banyaknya pengalaman berkomputer di kalangan mahasiswa. Nilai akademik diperoleh dari kegiatan perkuliahan di mana tidak semua mata kuliah berhubungan dengan penggunaan komputer. Sedangkan menurut Maurer (1994), pengalaman berkomputer memiliki hubungan yang erat dengan kecemasan berkomputer. Sehingga belum  tentu  mahasiswa  yang  memiliki  IPK  tinggi  lebih  sering  menggunakan komputer dibandingkan mahasiswa yang memiliki IPK lebih rendah, yang berdampak pada tidak terdapatnya perbedaan tingkat kecemasan berkomputer yang signifikan di antara mahasiswa dengan IPK yang tinggi dengan mahasiswa yang memiliki IPK lebih rendah.
PENUTUP Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan Landry et al. (1996) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tipe kepribadian pada dimensi sensing-intuitive dan thinking feeling terhadap reaksi mahasiswa akuntansi pada teknologi komputer.
Penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena kecemasan berkomputer terjadi di   kalangan mahasiswa akuntansi konsisten dengan pernyataan Rosen dan Weil (1990). Untuk mengatasi hal tersebut, pihak kampus mungkin perlu mempertimbangkan untuk menambah mata kuliah yang berhubungan dengan sistem informasi berbasis komputer yang sifatnya wajib di samping melengkapi sarana teknologi komputer di lingkungan kampus serta mengadakan pelatihan-pelatihan komputer yang bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih mengenal teknologi komputer sehingga diharapkan terjadi penurunan tingkat kecemasan berkomputer seiring dengan semakin berkembangnya teknologi.
Dengan mengetahui hubungan antara cognitive style dengan kecemasan berkomputer pada mahasiswa, dari sudut pandang pengajar, mungkin dapat dirancang suatu sistem pengintegrasian komputer ke dalam proses pembelajaran dengan disesuaikan dengan cognitive style para mahasiswa.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Penelitian ini hanya menguji hubungan tiga variabel dengan kecemasan berkomputer,  dan  hanya  satu  variabel  yang  memiliki  interaksi  signifikan  dengan
kecemasan berkomputer, yaitu tipe kepribadian. Penelitian selanjutnya dapat menguji variabel-variabel  lainnya  yang  mungkin  berhubungan  dengan  kecemasan berkomputer.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi yang merupakan tunas-tunas profesional akuntan. Penelitian selanjutnya sebaiknya juga meneliti kecemasan berkomputer pada profesional akuntan. Tingkat computerphobia para profesional  akuntan  ini  kemudian  dapat  dibandingkan  dengan  tingkat computerphobia pada para mahasiswa akuntansi yang baru saja lulus sehingga dapat diketahui apakah terjadi penurunan tingkat computerphobia atau setidaknya tidak terjadi peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alim, M.A., Hapsari, T., & Purwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Cherrington, D.J. (1994). Organizational Behaviour. Second Edition. Allyn & Bacon.
Emmons, B. A. (2003). Computer Anxiety, Communication Preferences, and Personality Type in the North Carolina Cooperative Extension Service. Unpublished doctoral dissertation, North Carolina State University.
Engler, B. (1999). Personality Theories: An Introduction. Fifth Edition. Boston, MA: Houghton Muffin College Press.
Geyer, P. (1998). Science and Culture in Action: An Historical Examination of the Acceptance of the Work of C. G. Jung and Isabel Myers. Presented at the Third Multicultural Research Conference: Psychological Type and Culture East and West, Honolulu, HI.
Hawkins, J. (1985). Computers and girls: Rethinking the issues. Sex Roles, 13, 165-
180.
Itryah.   (2004).   Perbedaan   Intensitas   Penggunaan   Internet   Ditinjau   dari   Tipe
Kepribadian Dan Jenis Kelamin. Jurnal PSYCHE, 1 (1).
Jay, T.B. (1981) Computerphobia: What to do about it. Educational Technology, 21,
47-48.
Jung, C. G. (1921). Psychological Types. Princeton, NJ: Princeton University Press. Landry,  Jr.,  R.M.,  Rogers,  R.L.,  &  Harrell,  H.W.  (1996).  Computer  Usage  and
Psychological   Type   Characteristics   in   Accounting   Students.   Journal   of
Accounting and Computers (Spring), 12.
Loyd, B., & Gressard, C. (1984). Reliability and Factorial Validity of Computer
Attitude Scales. Educational and Psychological Measurement, 44, 501-505.
Mahar, D., Henderson, R., & Deane, F. (1997). The Effects of Computer Anxiety, State Anxiety, and Computer Experience on Users' Performance of Computer- based Tasks. Personality and Individual Differences, 22(5), 683-692.
Maurer, M.M. (1994). Computer Anxiety Correlates and What They Tell Us: a literature review. Computers in Human Behavior, (10)3, 369-376.
Myers, I. B., & McCaulley, M.H., (1985). Manual: A Guide to the Development and Use of the Myers-Briggs Type Indicator. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Myers, M. H. McCaulley, Quenk, N.L., & Hammer, A.L., (1998). MBTI Manual: A Guide to the Development and Use of the Myers-Briggs Type Indicator. Third edition. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Nourayi, M. M., & Cherry, A.C., (1993). Accounting Students' Performance and
Personality Types. Journal of Education for Business (November/December),
111-115.
Raub, A.C. (1981). Correlates of Computer Anxiety in College Students. Unpublished doctoral dissertation, University of Pennsylvania
Rifa, D., & Gudono. (1999). Pengaruh Faktor Demografi dan Personality terhadap keahlian dalam End User Computing. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 2(1),
20-36
Rosen,  L.D.,  &  Weil,  M.M.  (1990).  Computers,  Classroom  Instruction,  and  the
Computerphobic University Student. Collegiate Microcomputer, 8(4), 275-283.
. (1995). Computer Anxiety: a Cross-cultural Comparison of University
Students in Ten Countries. Computers In Human Behavior, 11(1), 45-64.
Rosenak, C. M., & F. C. Shontz. (1988). Jungian Q-Sorts: Demonstrating construct validity for psychological type and the MBTI. Journal of Psychological Type,
15, 33-45.
Sekaran, Uma. (2003). Research Methods for Business. Fourth Edition. New York: John Milley and Sons, Inc.
Sumiyana.  (2007).  Analisis  Komparasi  antara  Model  Concern  for  Information Privacy dan Model Internet Users' Information Privacy Concern: Konsekuensi untuk Proses Penyelarasan Manajemen Database di Indonesia: Studi Empiris di Jogyakarta. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar: 26-28 Juli.
Wheeler,   P.   (2001).   The   Myers-Briggs   Type   Indicator   and   Applications   to
Accounting Education and Research. Issues in Accounting Education.
Wibowo, T., & Hardiningsih, P. (2003). Pengaruh Faktor Personality dan Profesional
Commitment terhadap Keahlian Computer Audit. Jurnal Bisnis dan Ekonomi.
Wilder, G., Mackie, D., & Cooper, J. (1985). Gender and Computers: Two Surveys of
Computer-related Attitudes. Sex Roles, 13, 215-229.

This post was written by: RoniQueenet
Roni is a professional blogger, web designer and front end web developer. Follow him on Twitter
 
 


0 Responses to “KECEMASAN BERKOMPUTER (COMPUTER ANXIETY) DAN KARAKTERISTIK TIPE KEPRIBADIAN PADA MAHASISWA AKUNTANSI”
Posting Komentar